pengertian pandangan hidup dan ideologi
A.
Pengertian pandagangan hidup dan ideolgi
-PANDANGAN
HIDUP
Pandangan-hidup
kita akan menganut prinsip-hidup yang bersesuaian dengannya, dan Kitapun akan
menganut pola-pikir yang bersesuaian dengan prinsip-hidup Kita itu. Oleh
karenanya berhati-hatilah di dalam mengadopsi sebentuk pandangan-hidup tertetu.
Ia akan secara signifikan sangat menentukan jalan-hidup Anda secara
keseluruhan. Apapun agama yang kita anut lantaran kelahiran, awalnya, kita
mungkin belum punya sebentuk pandangan-hidup tertentu yang pasti. Kita masih
menjalani hidup secara coba-coba, dengan meraba-raba. Di dalam menjalaninya
selama ini, mungkin kita telah tabrak-sana-tabrak-sini, sampai dengan menemukan
sebentuk pandangan-hidup yang rasanya cocok, sesuai dengan kondisi
fisiko-mental kita. Apa yang kita perlukan untuk menjalani hidup ini bukanlah
yang rasanya cocok atau yang kita senangi, melainkan yang baik dan mendatangkan
kebaikan buat kita dan orang lain, bahkan bila mungkin, ia juga bisa
mendatangkan kebaikan buat sebanyak-banyaknya orang. Disinilah kita perlu amat
berhati-hati.
-IDEOLOGI
menurut
wikipedia Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Kata ideologi sendiri
diciptakan oleh Destutt de Tracy pada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan
“sains tentang ide”. Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif,
sebagai cara memandang segala sesuatu (bandingkanWeltanschauung), secara umum
(lihat Ideologi dalam kehidupan sehari hari) dan beberapa arah filosofis (lihat
Ideologi politis), atau sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang dominan
pada seluruh anggota masyarakat. Tujuan untama dibalik ideologi adalah untuk
menawarkan perubahan melalui proses pemikiran normatif. Ideologi adalah sistem
pemikiran abstrak (tidak hanya sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada
masalah publik sehingga membuat konsep ini menjadi inti politik. Secara
implisit setiap pemikiran politik mengikuti sebuah ideologi walaupun tidak
diletakkan sebagai sistem berpikir yang eksplisit
B. CITA -
CITA
Cita-cita
adalah suatu impian dan harapan seseorang akan masa depannya, bagi sebagian
orang cita-cita itu adalah tujuan hidup dan bagi sebagian yang lain cita-cita
itu hanyalah mimpi belaka. Bagi orang yang menganggapnya sebagai tujuan
hidupnya maka cita-cita adalah sebuah impian yang dapat membakar semangat untuk
terus melangkah maju dengan langkah yang jelas dan mantap dalam kehidupan ini
sehingga ia menjadi sebuah akselerator pengembangan diri namun bagi yang
menganggap cita-cita sebagai mimpi maka ia adalah sebuah impian belaka tanpa
api yang dapat membakar motivasi untuk melangkah maju. Manusia tanpa cita-cita
ibarat air yang mengalir dari pegunungan menuju dataran rendah, mengikuti
kemana saja alur sungai membawanya. Manusia tanpa cita-cita bagaikan seseorang
yang sedang tersesat yang berjalan tanpa tujuan yang jelas sehingga ia bahkan
dapat lebih jauh tersesat lagi. Ya, cita-cita adalah sebuah rancangan bangunan
kehidupan seseorang, bangunan yang tersusun dari batu bata keterampilan, semen
ilmu dan pasir potensi diri.
Bagaimanakah
jadinya nanti jika kita memiliki beribu-ribu batu bata, berpuluh-puluh karung
semen dan berkubik-kubik pasir serta bahan-bahan bangunan yang lain untuk
membuat rumah namun kita tidak mempunyai rancangan maupun bayangan seperti
apakah bentuk rumah itu nanti. Alhasil, mungkin kita akan mendapatkan rumah
dengan bentuk yang aneh, gampang rubuh atau bahkan kita tidak akan pernah bisa
membuat sebuah rumah pun.
Fenomena
seseorang tanpa cita-cita bisa dengan mudah kita temui, cobalah tanya kepada
beberapa orang siswa SMU yang baru lulus, akan melanjutkan studi di mana mereka
atau apa yang akan mereka lakukan setelah mereka lulus. Mungkin sebagian dari
mereka akan menjawab tidak tahu, menjawab dengan rasa ragu, atau mereka
menjawab mereka akan memilih suatu jurusan favorit di PTN tertentu. Apakah
jurusan favorit tersebut mereka pilih karena memang mereka tahu potensi mereka,
tahu seperti apa gambaran umum perkuliahan di jurusan tersebut dan
peluang-peluang yang dapat mereka raih kedepannya karena berkuliah di jurusan
tersebut, sekedar ikut-ikutan teman, gengsi belaka, trend, karena mengikuti
“anjuran” orang tua, atau bahkan asal pilih? Yang terjadi selanjutnya adalah di
saat perkuliahan sudah berlangsung, beberapa dari mereka ada merasa jurusan
yang dipilihnya tidak sesuai dengan apa yang dia bayangkan atau tidak sesuai
dengan kemampuannya. Boleh jadi setelah itu ia akan mengikuti ujian lagi di
tahun depan atau malas-malasan belajar dengan Indeks Prestasi Kumulatif
alakadarnya. Sungguh suatu pemborosan terhadap waktu, biaya dan tenaga.
Dahulu ada
sebuah tradisi kurung ayam, balita yang sudah berumur beberapa bulan dikurung
dalam sebuah kurungan ayam yang ditutuipi kain. Lalu di sekeliling kurungan
tersebut disimpan berbagai macam benda yang mewakili profesi seperti gitar
(musisi),
spidol
(pengajar/guru), sarung tinju (atlit), pesawat-pesawatan (pilot) dan lain-lain.
Lalu orang tua akan memperhatikan benda apakah yang pertama kali diambil oleh
balita tersebut, jika ia mengambil terompet maka orang tua akan beranggapan
sang bayi kelak akan menjadi seorang musisi atau berpotensi menjadi seorang
musisi. Namun tampaknya adat semacam ini jarang dilakukan lagi. Nilai yang
dapat diambil dari tradisi semacam ini adalah bahwa orang tua mempunyai peranan
penting dalam memfasilitasi anaknya untuk mengeksplorasi bakat dan minat yang
dipunyainya. Dan membantu untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Cita-cita
bukan hanya terkait dengan sebuah profesi namun lebih dari itu ia adalah sebuah
tujuan hidup. Seperti ada seseorang yang bercita-cita ingin memiliki harta yang
banyak, menjadi orang terkenal, mengelilingi dunia, mempunyai prestasi yang
bagus dan segudang cita-cita lainnya. Namun seorang muslim tentunya akan
menempatkan cita-citanya di tempat yang paling tinggi dan mulia yaitu menggapai
keridhaan Allah.
C. KEBAJIKAN
Kebajikan atau perbuatan yang
mendatangkan kebaikan pada hakekatnya sama dengan perbuatan moral, perbuatan
yang sesuai dengan norma agama dan etika. Manusia berbuat baik karena menurut
kodratnya manusia itu baik, makhluk yang bermoral dan beretika. Atas dorongan
suara hatinya cenderung manusia untuk berbuat kebaikan.
Manusia merupakan makhluk sosial yang
artinya : manusia yang hidup bermasyarakat, manusia yang saling membutuhkan
satu dengan yang lainnya, manusia saling tolong menolong dan saling menghargai
sesama umat manusia. Sebaliknya pula manusia saling mencurigai, saling
membenci, saling merugikan, dan sebagainya.
Ada3 hal faktor-faktor yang menentukan tingkah laku setiap manusia, yaitu :
1. Faktor pembawaan (heriditas) yang telah ditentukan pada waktu seseorang
masih dalam kandungan.
2. Faktor lingkungan dimana mereka tinggal dan hidup dalam lingkungan yang
baik maupun tidak baik.
3. Faktor pengalaman yang khas yang pernah dialami sewaktu dia mulai hidup
dan hingga sampai dewasa.
D. Usaha dan
Perjuangan
Usaha/perjuangan adalah kerja keras untuk mewujudkan
cita – cita. Setiap manusia harus kerja keras untuk melanjutkan hidupnya.
Sebagian hidup manusia adalah usaha/perjuangan, perjuangan untuk hidup dan ini
sudah kodrat manusia. Tanpa usaha/perjuangan manusia tak dapat hidup sempurna.
Apabila manusia ingin menjadi kaya, ia harus kerja keras. Bila seseorang ingin
menjadi ilmuwan, ia harus rajin belajar dan mengikuti semua ketentuan akademik.
Kerja keras itu dapat dilakukan denga otak/ilmu atau
jasmani/tenaga, dan bisa juga keduanya. Para ilmuwan lebih banyak bekerja keras
dengan otak/ilmunya daripada jasmani/tenaganya. Sebaliknya buruh bekerja keras
dengan jasmani/tenaganya daripada otaknya. Kerja keras pada dasarnya menghargai
dan menigkatkan harkat dan martabat manusia. Pemalas membuat manusia itu
miskin, melarat dan tidak mempunyai harkat dan martabat. Karena itu tidak boleh
bermalas – malasan, bersantai – santai dalam hidup ini. Santai dan istirahat
ada waktunya dan manusia yang mengaturnya.
Dalam agamapun diperintahkan untuk kerja keras,
sebagaimana hadist yang diucapkan Nabi Besar Muhammad S.A.W yang ditunjuk
kepada para pengikutnya “Bekerjalah kamu seakan-akan kamu hidup selama-lamanya,
dan beribadahlah kamu seakan-akan kamu akan mati besok”.
Untuk kerja keras manusia dibatasi oleh kemampuan. Karena kemampuan terbatas itulah timbul perbedaan tingkat kemakmuran antara manusia satu dan manusia lainnya. Kemampuan itu terbatas pada fisik dan keahlian / ketrampilan. Orang bekerja dengan fisik lemah memperoleh hasil sedikit, ketrampilan akan memperoleh penghasilan lebih banyak jika dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai ketrampilan / keahlian. Karena itu mencari ilmu dan keahlian / ketrampilan itu suatu keharusan, Sebagaimana dinyatakan dalam ungkapan sastra “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat” dalam pendidikan dikatakan sebagai “Long life education”.
Untuk kerja keras manusia dibatasi oleh kemampuan. Karena kemampuan terbatas itulah timbul perbedaan tingkat kemakmuran antara manusia satu dan manusia lainnya. Kemampuan itu terbatas pada fisik dan keahlian / ketrampilan. Orang bekerja dengan fisik lemah memperoleh hasil sedikit, ketrampilan akan memperoleh penghasilan lebih banyak jika dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai ketrampilan / keahlian. Karena itu mencari ilmu dan keahlian / ketrampilan itu suatu keharusan, Sebagaimana dinyatakan dalam ungkapan sastra “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat” dalam pendidikan dikatakan sebagai “Long life education”.
Karena manusia itu mempunyai rasa kebersamaan dan belas kasihan (cinta kasih) antara sesama manusia, maka ketidak mampuan akan kemampuan terbatas yang menimbulkan perbedaan tingkat kemakmuran itu dapat diatasi bersama-sama secara tolong menolong, bergotong royong. Apabila sistem ini diangkat ketingkat organisasi negara, maka negara akan mengatur usaha / perjuangan warga negaranya sedemian rupa, sehingga perbedaan tingkat kemakmuran antara sesama warga negara dapat dihilangkan atau tidak terlalu mencolok. Keadaan ini dapat dikaji melalui pandangan hidu /idiologi yang dianut oleh suatu negara.
E . Keyakinan atau Kepercayaan
Keyakinan adalah suatu sikap yang
ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa
dirinya telah mencapai kebenaran. Karena keyakinan merupakan suatu sikap, maka
keyakinan seseorang tidak selalu benar -- atau, keyakinan semata bukanlah
jaminan kebenaran. Contoh: Pada suatu masa, manusia pernah meyakini bahwa bumi
merupakan pusat tata surya, belakangan disadari bahwa keyakinan itu keliru.
Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis pada saat seseorang menganggap suatu premis benar
Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis pada saat seseorang menganggap suatu premis benar
Keyakinan / kepercayaan yang menjadi
dasar pandangan hidup manusia adalah sebuah pemikiran yang mendasar dan
mendalam terhadap suatu hal yang kemudian di anut untuk menjadi pedoman hidup
mereka.
Keyakinan / Kepercayaan itu sendiri
berasal dari akal atau kekuasaan tuhan. Sebuah akal yang berfikir tentang
pedoman yang di anut merupakan pemberian Allah yang kemudian di implementasikan
di kehidupan nyata. Keyakinan / kepercayaan itu sendiri nantinya akan membentuk
sebuah filsafat.
Menurut Prof. Dr. Harun Nasution ada
tiga aliran filsafat, yaitu aliran Naturalisme, aliran Intelektualisme, dan
aliran Gabungan (Naturalisme dan Intelektualisme).
1. Aliran Naturalisme adalah hidup manusia itu
dihubungkan dengan kekuatan gaib yang merupakan kekuatan tertinggi. Kekuatan
gaib itu dari natur, dan itu dari Tuhan.
2. Aliran Intelektualisme adalah dasar aliran ini
adalah logika / akal. Manusia mengutamakan akal. Dengan akal manusia berpikir.
3. Aliran Gabungan adalah dasar aliran ini ialah
kekuatan gaib dan juga akal. kekuatan gaib Minya kekuatan yang berasal dari
Tuhan, percaya adanya Tuhan sebagai dasar keyakinan.
F. Langkah - Langkah Berpadangan
Hidup Yang Baik
Setiap manusia pasti memliki sebuah pandangan hidup,
dan sebagian mereka memiliki cara pandang yang berbeda-beda dalam menanggapi
suatu hal. Bagaimana setiap orang memperlakukan pandangan hidup itu tergantung
pada setiap individu yang bersangkutan. Ada yang memperlakukan pandangan hidup
itu sebagai sarana mencapai tujuan dan ada pula yang memperlakukaan sebagai
penimbul kesejahteraan, ketentraman dan sebagainya. Pandangan hidup sebagai
sarana mencapai tujuan dan cita-cita dengan baik. Adapun langkah-langkah itu
sebagai berikut :
·
Mengenal.
Sebelum seseorang meyakini sesuatu pastilah ia harus
mengenal apa yang ia lihat tersebut. Mengenal merupakan langkah awal dari
berpandangan hidup yang baik di karenakan dengan mengenal, kita pun akan dapat
membedakan suatu hal yang baik dan buruk menurut cara pandang kita sehingga
kita tidak akan mengambil langkah yang salah.
·
Mengerti
Tidak cukup hanya dengan mengenal, kita harus mengerti
tentang apa yang sedang kita hadapi. Mengerti sebagai langkah lanjut dari
mengenal. Mengenal di ibaratkan hanya sebagai lapisan luar sedangkan jika kita
ingin mengetahui lapisan dalamnya, kita harus mengerti.
·
Menghayati
Setelah kita mengenal dan mengerti suatu hal tersebut,
maka langkah selanjutnya adalah menghayati. Dengan menghayati kita dapat lebih
jauh mengerti
·
Meyakini
Langkah selanjutnya adalah meyakini. Meyakini dapat
kita lakukan dengan memperdalam rasa mengenal, mengerti, serta menghayati.
Dengan meyakini kita dapat dengan kuat berpegang teguh pada cara pandang yang
kita yakini.
·
Mengabdi
Langkah terakhir untuk berpandangan hidup yang baik
adalah dengan megabdi. Mengabdi merupakan suatu usaha untuk menyerahkan segenap
keyakinan kita untuk suatu hal yang kita yakini. Dengan mengabdi menjadikan
kita lebih dekat atau bahkan menjadi satu dengan hal yang kita yakini tersebut.
Contoh: pancasila sebagai pandangan bangsa
Contoh: pancasila sebagai pandangan bangsa
Daftar
Pustaka :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar